A. Pengertian Wawasan Nasional Suaru Bangsa
Wawasan Nasional adalah cara pandang suatu bangsa yang telah menegara tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung (interaksi & interelasi) serta pembangunannya di dalam bernegara di tengah-tengah lingkungannya baik nasional, regional, maupun global.
Suatu negara dan bangsa akan terikat erat apabila ada pemahaman yang mendalam tentang perbedaan dalam negara atau bangsa itu sebagai anugrah, yang pada akhirnya akan memperkaya khasana budaya negara atau bangsa tersebut. Disamping itu, perbedaan ini merupakan satu titik yang sangat rentan terhadap perpecahan jika tidak diberikan pemahaman wawasan nasional dan wawasan nusantara yang tepat bagi bangsa dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara keanekaragaman (pendapat, kepercayaan, hubungan, dsb) memerlukan suatu perekat agar bangsa yang bersangkutan dapat bersatu guna memelihara keutuhan negaranya.
Suatu bangsa dalam menyelengarakan kehidupannya tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya, yang didasarkan atas hubungan timbal balik atau kait-mengait antara filosofi bangsa, idiologi, aspirasi, dan cita-cita yang dihadapkan pada kondisi sosial masyarakat, budaya dan tradisi, keadaan alam dan wilayah serta pengalaman sejarah. Upaya pemerintah dan rakyat menyelengarakan kehidupannya, memerlukan suatu konsepsi yang berupa Wawasan Nasional yang dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan wilayah serta jati diri.
B. Latar Belakang Wawasan Nasional Suatu Bangsa
1. Falsafah pancasila
Nilai-nilai pancasila mendasari pengembangan wawasan nasional. Nilai-nilai tersebut adalah:
- Penerapan Hak Asasi Manusia (HAM), seperti memberi kesempatan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing- masing.
- Mengutamakan kepentingan masyarakat daripada individu dan golongan.
- Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2. Aspek Kewilayahan Nusantara
Pengaruh geografi merupakan suatu fenomena yang perlu diperhitungkan, karena Indonesia kaya akan aneka Sumber Daya Alam (SDA) dan suku bangsa.
3. Aspek Sosial Budaya
Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat, bahasa, agama, dan kepercayaan
yang berbeda – beda, sehingga tata kehidupan nasional yang berhubungan
dengan interaksi antargolongan mengandung potensi konflik yang
besar.mengenai berbagai macam ragam budaya.
4. Aspek Sejarah
Indonesia diwarnai oleh pengalaman sejarah yang tidak menghendaki terulangnya perpecahan dalam lingkungan bangsa dan negara Indonesia. Hal ini dikarenakan kemerdekaan
yang telah diraih oleh bangsa Indonesia merupakan hasil dari semangat
persatuan dan kesatuan yang sangat tinggi bangsa Indonesia sendiri.
Jadi, semangat ini harus tetap dipertahankan untuk persatuan bangsa dan
menjaga wilayah kesatuan Indonesia.
C. Teori-Teori Kekuasaan
Wawasan nasional suatu bangsa di bentuk dan di jiwai paham kekuasaan dan Geopolitik yang dianutnya .
Paham – paham Kekuasaan menurut para ahli, yaitu :
1. Paham Machiavelli
Dalam bukunya tentang politik dengan judul : The
Prince Machiavelli memberikan pesan tentang cara membentuk kekuatan
politik yang besar agar sebuah negara dapat berdiri kokoh, di dalam
terkandung beberapa kostulat dan cara pandang bagaimana memelihara
kekuasaan politik menurut Machiavelli , sebuah negara akan bertahan bila menerapkan dalil-dalil
- Pertama, dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan segala cara di halalkan
- Kedua, untuk menjaga kekuasaan rezim , politik adu domba adalah sah.
- Ketiga, dalam dunia politik ,yang kuat pasti dapat bertahan dan menang.
2. Paham Kaisar Napoleon Bonaparte ( abad XVIII )
Merupakan revolusioner dibidang cara pandang dan pengikut teori Machiavelli. Napoleon berpendapat bahwa :
- Perang di masa depan akan merupakan perang total yang mengerahkan segala daya upaya dan kekuatan nasional
- Kekuatan politik harus di dampingi kekuatan logistik dan ekonomi nasional yang di dukung sosbud berupa IPTEK sautu bangsa demi untuk membentuk kekuatan hamkam dalam mendukung dan menjajah negara negara Perancis.
3. Paham Jenderal Clausewitz.
Bersama dengan era napoleon di rusia hidup jenderal
Clausewitz ( diusir napoleon dari negaranya hingga ke rusia ). Clau
sewitz kahirnya bergabung dan menjadi penasehat militer staf umum
tentara kekaisaran rusia. Jenderal Clausewit menulis sebuah buku tentang
perang Vom Kriege. Menurut Clausewitz, perang adalah Kelanjutan politik
dengan cara lain :
Peperangan adalah sah –sah saja dalam memcapai tujuan
nasional suatu bangsa pemikiran tersebut inilah yang membenarkan /
menghalalkan Prusia ber ekspansi sehingga menimbulkan Perang Dunia I
dengan kekalahan dipihak Prusia (Kekaisaran Jerman).
4. Paham Fuerback dan Hegel
Pada abad XV11 maraknya paham Perdagangan Bebas ( Merchantilism ) merupakan nenek moyang Liberalisme . Paham
ini berpendapat bahwa Ukuran keberhasilan ekonomi suatu negara adalah
seberapa besar surplus ekonominya terutama terukur dari emas, Sehingga
memicu nafsu konolialisme negara barat dalam memcari emas ke tempat
lain. Inilah yang memotivasi columbus memcari daerah baru yaitu Amerika
yang di ikuti Magelhen berkeliling dunia.
5. Paham Lenin ( Abad XIX )
Lenin telah memodifikasi ajaran Clausewitz, menurut
Lenin, perang ialah : Kelanjutan politik secara kekerasan. Bahkan rekan
Lenin yaitu Mao zhe dong lebih ekstrim lagi ,yaitu perang ialah
Kelanjutan politik dengan pertumpahan darah. Sehingga bagi komunis /
Leninisme Perang bahkan pertumpahan darah atau revolusi di negara lain
diseluruh dunia adalah sah-sah saja ,yaitu dalam kerangka mengkonomiskan
seluruh bangsa di dunia.
6. Paham Lucian W.Pye dan Sidney .
Dalam bukunya political culture and Political Development, menjelaskan :
- Adanya peranan unsur-unsur subyektif dan psilogis dalam tatanan dinamikan kehidupan politik suatu bangsa, sehingga kemantapan suatu sistem politik dinamika hanya dapat dicapai bila berakar pada kebudayaan politik bangsa.
- Kebudayaan politik akan menjadi pandangan baku dalam melihat kesejahteraan sebagai politik, dengan demikian, maka dalam memproyeksikan eksistensi kebudayaan politik tidak semata-mata di tentukan kondisi-kondisi obyektiftapi juga harus menghayati subyektif psikologis sehingga dapat menempatkan kesadaran dalam kepribadian bangsa.
*SUMBER:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar